Sebuah renungan dari rintik-rintik hujan
Sebuah renungan
Yah…. Sialan, hujan lagi!!!
Kata-kata ini mungkin sering kita dengar, atau bahkan kita sendiri yang mengucapkannya dikala hujan mulai turun dan menjebak anda yang sedang dalam perjalanan, menghambat aktivitas yang telah anda rencanakan secara matang (kayak goreng ubi mama).
Anda, saya, dan kita semua dengan mudahnya mengeluarkan umpatan, keluhan, erangan dan berbagai kata-kata masam lainnya (kebanyakan adalah nama-nama penghuni kebun binatang) ketika terjebak dalam derasnya hujan. Bahkan tak jarang diantara kita menunjukan reaksi yang berlebihan ; menendang bangku, memukul pintu,melempar duit sampai menggigit kaos kaki (???????^,^).yaaaahhh pokoknya cem-macem lah.
Nah…., pada kesempatan yang singkat ini khatib mengajak hadirin yang berbahagia untuk merenung sejenak (woiii bukan bengong).
Mari kita buka pikiran kita lebih luas. Lihat dan rasakanlah dengan kebeningan hati, dalam nuansa imajinasi yang penuh realitas (aaaaa maksud nyo ko??).
Pernahkah kita berfikir berapa manfaat yang kita dapatkan dari hujan yang baru saja usai ini. Nun jauh disana para petani bergembira mendapat limpahan rahmat dari langit, hujan telah memberi energi baru pada semangat mereka untuk memulai becocok tanam kembali. Bersegera mananam padi di sawah, mengisi ladang dengan berbagai palawija, sayuran, buah-buahan. Dalam pikiran mereka terbayang padi yang berbulir kuning, padat, yang batangnya merunduk rendah saking lebatnya buah yang mengisi tiap tangkai. Sementara di ladang para ninik mamak beserta kemenakannya menaruh harapan akan tumbuhnya sayuran yang hijau mengkilat diterpa sinar matahari, buah cabe yang merah merona (ihhh jadi malu.. katanya), tomat yang gemuk lagi menggemukkan serta aneka makhluk berklorofil lainnya yang bermanfaat bagi para pengeluh dan pengumpat seperti manusia.
Semua hasil panen itu nantinya dikumpulkan dan didistrubusikan secara massal ke kota-kota. Ke tempat di mana anda, saya dan kita semua yang mengeluh tadi, pasokan beras dan sayur-mayurnya bergantung pada kerja keras para petani karena kita memang tidak punya lahan cukup luas untuk menanam semua itu (juga tidak punya ketrampilan dan kemauan keras seperti mereka).
Hasil panen itulah yang mencukupi kebutuhan karbohidrat kita, mencukupi asupan vitamin untuk sel-sel kita juga menjaga kelangsungan hidup komunitas vegetarian di sekitar kita. Darinya kita mendapatkan energi dan dampak kesehatan yang semakin mahal harganya. Energi dan kesehatan tersebutlah yang kita gunakan kembali untuk beraktivitas, bekerja, mencari uang untuk membeli nasi dan sayuran yang akan dimakan selanjutnya. Energi, kesehatan, dan klorofil itu lah yang juga kita gunakan untuk melangkah, berlari dan berteduh dikala hujan yang berusan tercurah. YAAAAAA, JUGA ENERGI DAN KESEHATAN ITULAH YANG KITA GUNAKAN UNTUK MENYUMPAH SERAPAH PADA HUJAN (YANG PADA HAKIKATNYA KITA MENGUMPAT PADA ALLAH`SWT YANG MENCIPTAKAN HUJAN).
Kalau begitu kapan kita akan bersyukur?????????????????